Administrator
Kontributor
MAN 3 Bantul (BK) - Hari pertama masuk madrasah di semester gasal ini, Unit Bimbingan dan Konseling MAN 3 Bantul menyelenggarakan Seminar Problematika Remaja untuk siswa kelas X. Kegiatan ini sebagai bentuk antisipasi sekaligus motivasi bagi siswa dalam menjalani studi di madrasah agar berjalan lancar. Kegiatan ini dilaksanakan di aula madrasah dan menghadirkan narasumber Asesor BSNP Dr. Irsasri, M.Pd. yang juga merupakan dosen tetap di STPMD “APMD” Yogyakarta serta Dosen Tamu di beberapa Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta.
Irsasri megangkat tema “Menemukan Jati Diri, Jejak Pribadi Menuju Kesuksesan”, untuk dipresentasikan kepada siswa-siswi kelas X MAN 3 Bantul. Irsasri berkisah atas apa yang dialami masa lalunya dikala remaja yang kadang bagi sebagian remaja sekarang, peristiwa-peristiwa tersebut bisa menyebabkan remaja terpuruk. Irsasri memberikan tips bagaimana agar permasalahan yang dihadapi, kekurangan-kekurangan yang dimiliki bisa berubah menjadi pelecut dan motivasi untuk berubah.
“Siapapun ketika bersungguh-sungguh, pasti Allah akan berikan jalan keluar yang indah. Man Jadda wa Jadda”, imbuhnya.
Irsasri yakin, dibalik sebutan generasi remaja sekarang sebagai generasi strawberry, yang didominasi dengan sifat-sifat negatif, pasti ada banyak potensi yang dimiliki remaja dan bisa dikembangkan, terlebih didukung dengan teknologi saat ini yang remaja sudah banyak menguasai. Asalkan remaja bisa selalu memanfaatkan teknologi dan kemudahan saat ini untuk kebaikan, pasti kesuksesan akan dicapai.
Kepala Madrasah, Syamsul Huda, dalam sambutannya mengajak kepada siswa untuk selalu menjadi anak yang sholih, menjadi anak yang selalu mengembangkan keterampilan dan potensi diri, serta menjadi anak yang tahan banting atas permasalahan yang dihadapi. Dan itu bisa terwujud jika siswa selalu membekali diri dengan ilmu agama, pengetahuan akademik, serta pengalaman-pengalaman langsung yang dihadapi.
Budi Raharjo, guru pembimbing kelas X menuturkan, siswa remaja saat ini banyak yang segala sesuatu mengandalkan pada teknologi, hanya bertanya kepada mesin pencari semacam google, chatAI, dan lain-lain, ttermasuk saat menghadapi permasalahan, larinya ke teknologi yang kadang menjadikan permasalahan tidak terselesaikan dengan tuntas dan berdampak pada melemahnya semangat belajar siswa. Siswa lupa jika ada orangtua, dan guru yang selalu siap mendampingi, dan tidak ditemukan di mesin pencari, misalkan tentang kenyamanan, kelapangan hati, empathi, dan lain-lain. Harapannya dengan seminar seperti ini siswa lambat laun bisa semakin tercerahkan bahwa setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya, setiap permasalahan pasti akan semakin mematangkan diri. (ara/sal)