Administrator
Kontributor
Bantul (MAN 3 Bantul) – Siswa MAN 3 Bantul turut menjadi penari dalam Pemecahan Rekor Muri Tarian Sholawat Montro dengan penari sebanyak se- Indonesia. Lebih dari 10.000 siswa SMA, SMK, MA-sederasat menarikan Sholawat Montro di Pantai Parangkusumo, Sabtu (26/8).
Pertunjukan yang dipersembahkan dalam Bantul Creative City Festival ini menjadi sarana melestarikan budaya lokal sehingga Sholawat Montro tetap eksis. Sholawat Montro merupakan salah satu jenis kesenian tradisional Islam yang di dalamnya terdapat unsur budaya lokal Jawa yang warna nilai-nilai Islamnya jelas dan kuat.
Kesenian Sholawat Montro adalah kesenian khas Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian ini pertama kali ditemukan di Kauman, Pleret dan diciptakan oleh Kanjeng Yudhanegara, atau menantu dari Sultan Hamengku Buwono VIII. Saat ini sudah masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang berasal dari Yogyakarta.
Istilah Sholawat Montro terdiri dari kata Sholawat dan Montro. Sholawat secara terminologis berarti bacaan-bacaan tertentu yang berupa doa atau sanjungan terhadap Nabi Muhammad Saw. Adapun kata montro dalam bahasa Jawa berarti nama bunga mentimun, juga bisa berarti nama gending montro. Dengan demikian, Sholawat Montro berarti lantunan sholawat yang diiringi gending montro. Perbedaan antara shalawatan Maulud dan shalawatan montro adalah pada gerakan tarinya. Shalawatan Maulid hanya duduk bersila, sedangkan shalawatan montro ada gerakan tarinya.
Siswa MAN 3 Bantul menarikan kesenian Sholawat Montro dengan bersemangat. Penampilan tari ini didukung dengan latihan sehingga siswa dapat menampilkan gerakan yang serasi dan estetik.
Guru pendamping, Siti Nur Khasanah, M.Pd. mengungkapkan proses latihan yang dijalani anak didiknya. “Anak-anak penuh semangat berlatih sebelum tampil dalam acara kemarin. Meskipun dalam waktu singkat, anak-anak dalam waktu cepat dapat menguasai gerakan Tarian Sholawat Montro,” ungkapnya.
Pertunjukan Sholawat Montro memberikan pengalaman luar biasa bagi siswa. Siswa dapat turut serta melestarikan kesenian lokal. Di tengah gemburan budaya moder siswa dapat mengenal dan memahami kekayaan budaya Indonesia, sehingga rasa nasionalisme dalam diri semakin kuat. Selain itu, makna mendalam dalam Sholawat Montro dapat memperkuat religiusitas serta mengasah kreativitas siswa. (sal)